cinta kasih
dan pendritaan
CintaKonsep
Cinta dan Kasih Sayang dalam Islam – Kasih sayang
merupakan salah satu kesempurnaan yang ada pada diri manusia. Dengan rasa kasih
sayang, seseorang dapat merasakan penderitaan yang dirasakan oleh orang lain.
Dan dengan rasa kasih sayang tersebut mereka berusaha untuk menghilangkan
penderitaan yang dirasakan oleh orang lain.
Tanpa
rasa kasih sayang manusia akan turun derajatnya sehingga setara dengan hewan.
Bahkan lebih buruk dari hewan, karena hewan masih memiliki rasa kasih sayang
seperti seekor induk ayam rela mengerami telur-telur hingga menetas.
Ketika
telah lahir, anak-anaknya pun tidak dibiarkan begitu saja. Mereka diajari untuk
mencari makan, bertahan untuk hidup, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
kekejaman merupakan kemunduran dari fitrah manusia dan merosotkan kedudukannya
ke tingkat nafsu hayawaniyah (hewani) dan bahkan lebih jauh lagi ke tingkat
benda yang tidak berkesadaran dan tidak bergerak.
Merupakan
suatu yang tidak dapat dipungkiri bahwa sifat ini dapat membuat orang turut
serta merasakan penderitaan orang lain, turut merasa gembira bila melihat orang
lain senang yang dapat mempersatukan individu manusia menjadi satu tubuh, satu
hati, dan satu semangat.
Apabila
sifat ini telah tertanam dalam jiwa seseorang, maka betatapun besarnya
kesulitan yang dihadapi tentu dapat teratasi. Tetapi sebaliknya, betapapun
bagus dan rapinya sistem pemerintahan yang ada di dunia ini tidak akan banyak
manfaatnya jika tidak didasari dengan rasa kasih sayang.
Sebagai
agama, Islam mengakui adanya prinsip-prinsip kemanusiaan. Manusia bukanlah
malaikat yang selalu berbuat kebaikan. Dan manusia juga bukan syetan yang
selalu melakukan dan mengajak kepada hal-hal yang buruk. Akan tetapi, manusia
adalah makhluk yang memiliki daya tanggap dan perasaan, mempunyai keinginan,
hasrat dan harapan.
Ungkapan dan ekspresi kasih sayang adakalnya nampak formal dan
adakalanya tidak terlihat (abstrak) karena kasih sayang adalah cerminan dan
refleksi hati. Kasih sayang bukanlah rasa kasihan tanpa disertai akal pikiran
yang sehat (rasional) dan bukan pula rasa kasihan tanpa mengindahkan keadilan
dan ketertiban.
Dalam sudut pandang Psikologi
Diantara banyaknya jumlah ilmuwan psikologi yang membahas mengenai
cinta, penulis mencoba mengambil beberapa definisi
untuk menjelaskan definisi cinta.Ashley Montagu, seorang Psikolog
Amerika memandang cinta sebagai sebuah perasaan memperhatikan, menyayangi, dan
menyukai yang mendalam. Biasanya, rasa cinta disertai dengan rasa rindu dan
hasrat terhadap objek yang dicintai.Elain dan William Walsten lebih menekankan
suatu keterlibatan individu yang mendalam saat mendefinisikan cinta.
Keterlibatan diasosiasikan dengan timbulnya rangsangan fisiologis yang kuat dan
diiringi dengan perasaan mendambakan pasangan dan keinginan untuk memuaskannya Menurut
Robert Sternberg, cinta adalah sebuah kisah yang ditulis oleh setiap orang.
Kisah tersebut merefleksikan kepribadian,
minat dan perasaan seseorang terhadap suatu
hubungan. Menurutnya, kisah tersebut telah ada pada manusia dan proses
pembentukkannya terbentuk melalui pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini
pula yang akan membentuk bagaimana seseorang bersikap dan bertindak dalam suatu
pola hubungan.Scott Peck yang sepanjang karirnya dalam psikologi berusaha
menghasilkan karya dan menjelajahi definisi cinta dan
kejahatan menggambarkan cinta sebagai kombinasi dari “perhatian
akan perkembangan spiritual orang lain” serta narcisisme
biasa. Berbeda dengan psikolog dan ilmuwan psikologi lainnya, Erich Fromm
menekankan cinta sebenarnya pada cinta yang dewasa. Cinta yang dewasa adalah
penyatuan didalam kondisi tetap memelihara
integritas seseorang, individualitas seseorang. Cinta adalah kekuatan aktif dalam diri manusia, kekuatan yang
meruntuhkan tembok yang memisahkan manusia dari sesamanya, yang
menyatukan dirinya dengan yang lain; cinta membuat dirinya mengatasi
perasaan isolasi dan keterpisahan, namun tetap memungkinkan dirinya
menjadi dirinya sendiri, mempertahankan integritasnya. Cinta adalah
perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada
empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu: Perasaan, Pengenalan,
Tanggung jawab, Perhatian, Saling menghormati. Erich Fromm dalam buku
larisnya (the art of loving) menyatakan bahwa ke empat gejala:
Care, Responsibility, Respect, Knowledge (CRRK), muncul semua secara
seimbang dalam pribadi yang mencintai. Omong kosong jika seseorang mengatakan
mencintai anak tetapi tak pernah mengasuh dan tak ada tanggungjawab pada si
anak. Sementara tanggungjawab dan pengasuhan tanpa rasa hormat sesungguhnya
& tanpa rasa ingin mengenal lebih dalam akan menjerumuskan para orang tua,
guru, rohaniwan dll pada sikap otoriter. Erich Fromm memandang manusia sebagai
makhluk yang sadar akan dirinya, mempunyai kesadaran tentang dirinya, sesama,
masa lalu, kemungkinan masa depannya dan kesadaran akan eksistensinya
sebagai sesuatu yang terpisah. Sadar akan keterpisahan ini merupakan faktor
utama munculnya kegelisahan, kecemasan dan dapat
menjadi pintu gerbang menuju gangguan kejiwaan. Karenanya,
dalam buku The Art Of Loving, Fromm menjelaskan bahwa
kebutuhan manusia yang paling dalam adalah kebutuhan untuk mengatasi
keterpisahannya dan meninggalkan penjara kesendiriannya. Kegagalan untuk
mengatasi keterpisahan ini yang akan menyebabkan gangguan kejiwaan.Banyak cara
dilakukan untuk mengatasi keterpisahan pada tiap individu. Fromm mengungkapkan
idenya mengenai cinta sebagai jawaban dari masalah eksistensi manusia. Dalam
cinta, terdapat jawaban utuh yang terletak pada pencapaian penyatuan antar
pribadi dan peleburan dengan pribadi lain. Hasrat akan peleburan antar pribadi
ini yang paling kuat pengaruhnya dalam diri manusia. Inilah kerinduan mendasar,
kekuatan yang menjaga rasa manusia, keluarga dan masyarakat untuk selalu
bersama. Pandangan yang populer memandang dosa jika kita mencintai
diri sendiri karena bersifat egois. Walaupun demikian, jika mencintai
orang lain sebagai manusia adalah kemuliaan, bagaimana mungkin mencintai diri
sendiri sebagai manusia adalah bukan kemuliaan?Fromm menyatakan bahwa mencintai
diri sendiri adalah bukan alternatif. Mereka yang mampu mencintai orang lain
juga akan mempunyai kemampuan mencintai diri sendiri. Pembenaran pada kehidupan
seseorang, kebahagian, pertumbuhan, kebebasan tertanam pada kemampuan
seseorang untuk mencintai. Contohnya kepedulian, penghargaan, dan
pengetahuan.Jika seorang individu mampu mencintai secara produktif, berarti ia
mencintai dirinya sendiri juga; namun ia hanya mampu mencintai orang
lain, maka ia tidak bisa mencintai sama sekali. Bagi Fromm, mencintai diri
sendiri dan egoisme adalah hal yang berlawanan, bukan identik. Leo Bscaglia
menunjukkan versi populer dari cinta. Ia menyatakan:Cinta yang sempurna
adalah jika seseorang memberikan segalanya dan tidak mengharapkan apa-apa. Jika
seseorang mengharapkan apa-apa dan tidak meminta apa, ia akan pernah merasa
dicampakkan atau dikecewakan.
Kasih sayang
Pengertian
Kasih SayangKasih sayang adalah suatu sikap saling menghormati dan mengasihi
semua ciptaan Tuhan baik mahluk hidup maupun benda mati seperti menyayangi diri
sendiri sendiri berlandaskan hati nurani yang luhur.
Kemesraan
Kemesraan
berasal dari kata dasar ‘mesra’, yang artinya perasaan simpati yang akrab.
Kemesraan adalah hubungan akrab baik antara pria dan wanita yang sedang dimabuk
asmara maupun yang sudah berumah tangga. Kemesraan merupakan perwujudan kasih
sayang yang telah mendalam. Cinta yang berlanjut menimbulkan pengertian mesra
atau kemesraan. Kemesraan adalah perwujudan dari cinta. Kemesraan dapat
menimbulkan daya kreativitas manusia. Kemesraan dapat menciptakan berbagai
bentuk seni sesuai dengan kemampuan bakatnya. Kasih sayang adalah perasaan sayang,
perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang. Dengan perasaan cinta dan
suka kepada seseorang itu berkembang dan mengikat dan membentuk sebuah embrio
yang disebut dengan cinta. Cinta adalah sebuah perasaan yang diberikan oleh
Tuhan pada sepasang manusia untuk saling mencintai, saling memiliki, saling
memenuhi, saling pengertian. Dengan cinta yang sudah dibentuk dan terbentuk itu
akan menciptakan suatu kemesraan. Kemesraan cintan membuat orang semakin saling
mencintai dan dicintai. Kemesraan adalah hubungan akrab baik antara pria dan
wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga. Pada
akhirnya dengan perpaduan kasih sayang, cinta dan kemesraan tersebut akan
menciptakan suatu keharmonisan dalam kehidupan berumah tangga maupun dalam
menjalin hubungan cinta dengan kekasih kita.
pemujaan.
Pemujaan adalah dimana
kita memuja atau mengagungkan sesuatu yang kita senangi. Pemujaan dapat
dilakukan dalam berbagai aspek seperti memuja pada leluhur,memuja pada agama
tertentu dan kepercayan yang ada.seperti Pemujaan pada leluhur adalah suatu
kepercayaa bahwa para leluhur yang telah meninggal masih memiliki kemampuan
untuk ikut mempengaruhi keberuntungan orang yang masih hidup. Dalam beberapa
budaya Timur, dan tradisi penduduk asli Amerika, tujuan pemujaan leluhur adalah
untuk menjamin kebaikan leluhur dan sifat baik pada orang hidup, dan
kadang-kadang untuk meminta suatu tuntunan atau bantuan dari leluhur. Fungsi
sosial dari pemujaan leluhur adalah untuk meningkatkan nilai-nilai kekeluargaan,
seperti bakti pada orang tua, kesetiaan keluarga, serta keberlangsungan garis
keturunan keluarga.
Pemujaan dimulai sejak
manusia dilahirkan dengan akal yang dimilikinya. Manusia telah berfikir kritis
tentang alam dan kejadiannya. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengagumi dan
bersyukur kepada Sang Pencipta. Dalam mencari bentuk-bentuk pemujaan dapat
berupa ibadah sebagai media komunikasi antara manusia dengan Tuhan, membangun
tempat ibadah yang sebaik-baiknya, mencipta lagu, puisi, novel, film, dan
sebagainya yang bertema mencintai Sang Pencipta.
Belas kasihan
Belas kasihan, welas
asih, atau kepedulian adalah emosi manusia yang muncul
akibat penderitaan orang lain. Lebih kuat daripada empati, perasaan ini biasanya
memunculkan usaha mengurangi penderitaan orang lain.
Erotisme
Erotisisme (bahasa Inggris: eroticism)
adalah suatu bentuk estetika yang
menjadikan dorongan seksual sebagai kajiannya. Dorongan seksual
yang dimaksud adalah perasaan yang timbul yang membuat orang siap
beraktivitas seksual. Ini
bukanlah sekadar menggambarkan keadaan terangsang dan/atau antisipasi (melayani
rangsangan), melainkan mencakup pula segala bentuk upaya atau bentuk representasi
untuk membangkitkan perasaan-perasaan tersebut.Kata ini berasal dari nama dewa
cinta mitologi Yunani yaitu Eros. Perasaan ini dipahami sebagai cinta
sensual atau dorongan seksual manusia (libido). Para
filsuf dan teolog membeda-bedakan tiga jenis cinta kasih: eros, filia, dan agape. Dari ketiganya, eros dianggap yang paling
egosentrik, yang terpusat pada pementingan diri pribadi.Erotik adalah bentuk
ajektiva dari ekspresi erotisisme. Ekspresi dari erotisisme diistilahkan
sebagai erotika ("sesuatu
yang erotik"), yang dapat berupa mimik, gerak, sikap tubuh, suara, kalimat,
benda-benda, aroma, sentuhan, dan sebagainya; serta kombinasinya. Dengan
erotika orang diharapkan mencapai dua hal sekaligus: apresiasi terhadap
keindahan dan kemampuan "bermain" dengan (mengendalikan) dorongan
seksual secara sehat. Vulgarisasi (terang-terangan, tanpa cita rasa) serta
industrialisasi erotika mengembangkan pornografi.Dalam
masyarakat banyak orang kesulitan membedakan erotisisme dari pornografi
terutama karena erotisisme berpotensi memunculkan hubungan subjek-objek, dengan
objek menjadi sasaran dorongan seksual subjek (bentuk yang ekstrem adalah pemerkosaan).
Akibat hal ini, banyak orang yang menentang segala ekspresi erotisisme atas
dasar perlindungan terhadap objek atau karena latar belakang budaya menganggap
bahwa memiliki dorongan seksual bukanlah tindakan yang layak disetujui (berdosa). Pembela ekspresi erotisisme, sebaliknya,
beranggapan bahwa potensi bukanlah kenyataan dan tidak seharusnya dianggap
sebagai kenyataan, karena fokus apresiasi seharusnya pada aspek estetika, bukan
pada dorongan seksualnya (sebagaimana pada pornografi).
Manusia dan Penderitaan :
siksaan
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture)
digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan
hati korban.
Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang
dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme,
pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau
tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan
sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan
sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang
dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah.
Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk
memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.Penyiksaan
hampir secara universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia,
seperti dinyatakan Deklarasi
Hak Asasi Manusia. Para penandatangan Konvensi Jenewa Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah
menyetujui untuk tidak melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi
(penduduk sipil musuh atau tawanan perang) dalam
suatu konflik bersenjata. Penanda tangan UN Convention Against Torture juga
telah menyetujui untuk tidak secara sengaja memberikan rasa sakit atau
penderitaan pada siapapun, untuk mendapatkan informasi atau pengakuan,
menghukum, atau memaksakan sesuatu dari mereka atau orang ketiga. Walaupun
demikian, organisasi-organisasi seperti Amnesty International memperkirakan
bahwa dua dari tiga negara tidak konsisten mematuhi perjanjian-perjanjian
tersebut.
Penderitaan dan perjuangan
Setiap
manusia pasti manusia yang bersifat kodrati. Karena itu tergantung pada manusia
itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan semaksimal mungkin, bahkan
menghilangkannya sama sekali. Manusia adalah makhluk berbudaya, dengan
budayanya itu ia berusaha mengatasi penderitaan yang dialaminya. Hal ini
membuat manusia menjadi kreatif, baik bagi penderita itu sendiri maupun orang
lain.
Penderitaan
dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia
hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia tetapi juga
menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup
sebagai rangkaian penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi
kesulitan hidup
Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan
kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang mengadapi tantangan hidup dalam alm
lingkungan, dan masyarakat sekitar denagn waspada dan disertai doa kepada Tuhan
sipaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Manusia merencanakan dan Tuhan
yang menentukan. Kelalaian manusia merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan
penderitaan. Penderitaan yang terjadi, mungkin dialami sendiri tapi mungkin
juga dialami oleh orang lain. Atau mungkin akibat dari diri sendiri atau orang
lain.
Apabila kita memperhatikan membaca riwayat para pemimpin
bangsa, orang-orang besar dunia, sebagian kehidupannya dilalui penderitaan dan
penuh perjuangan. Pemimpin kita Bung Karno dan Bung Hatta berapa lama mendekan
dalam penjara colonial karena perjuangannya memerdekakan bangsa. Demikian
juga pemimpin-pemimpin kita yang lain. mengalami penderitaan, baik berat maupun
ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan seseorang.
Pengaruh penderitaan
Orang
yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan
sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap
negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa,
putus asa, ingin bunuh diri. Sikap ini di ungkapkan dalam pribahasa “Sesal
dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”, “Nasi sudah menjadi bubur”.
Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin
atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap
positif yaitu sikap untuk merubah keadaan awal dengan memperbaiki kesalahan
agar tidak terjadi padanya yang kedua kali dengan memahami bahwa dampak kediri
kita tidak lah baik .
Apabila sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh
para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton
akan memberikan penilaiannya. Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk
mengdakan perubahan nilai – nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan
perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti
dengan keadaan yang lebih sesuai. Keadaan yang berupa hambatan harus
disingkirkan.
Komentar
Posting Komentar